Total Pageviews

Monday, November 21, 2011

BERHENTI

seperti daundaun yang digugurkan pohon itu
seperti bintangbintang yang dilahap malam itu
seperti buihbuih yang digulung gelombang itu
seperti  bungabunga yang melepas kelopaknya itu
seperti tetestetes embun yang jatuhkan pagi itu
tak ada tersisa


katakan bagaimana aku melupakanmu!
aku gugu...

Tuesday, November 15, 2011

Serenade Perempuan Kuta

Simpulsimpul waktu mengatur sejarah disini
Dari keheningan surgawi hingga turunnya para Dewata
Dan elok pulaumu bahkan tak indahkan hari
Matari bergeser dari ujung barat ke ujung mata
lalu sembunyi di balik horizon Kuta
lelah yang berbaur keringat dan aroma Tequila
menyaru angin menghembus semua luka
perlahan, lembut, aman, damai, terkendali
:selayak seorang perempuan

sekali lagi, "Sing ken ken, dek..."
hanya ujar mujarab penawar nestapa
Betapa hidup tak peduli ketakmampuan kita
;pada kebodohan, kelaparan, kemalasan, kefakiran
Betapapun masa berusaha adil
sekali lagi, "Sing ken ken, dek.."
ini titah para majikan dari Sentra Indonesia Raya
mereka yang mengusahakan kuasa
atas tanah ini menghisap jengkal demi jengkal
hingga ke dasar bumi para Dewa
Atas nama kemanusiaan mereka coba memanusiakan manusia
mengulur tangan Tuhan seraya manipulasi semesta
mengumbar janjijanji hingga mampu membungkam
hingga menjadi kesewenangan

"Sing ken ken, dek"...


pada pinggir pantai Kuta, September 2011


KEPADA RUANG SEPI

Duduk disini, kita bicara tentang waktu
sesuatu saat seperti diburu
atau lupa pada kalbu
lalu jam dinding terpaku
(tapi tik, tok, tik, tok, tik, tok, tik...... tok itu seakan bertalu!)
kau pahat satusatu
pada bencahbencah batu
yang tak pernah mimpi jadi abu

Mengapa kau gelitik jiwaku yang beradu
lalu kau buatnya bisu?
tidak bisakah sekali waktu
seperti angin lalu?


Baiklah! aku tak pernah menang atasmu
bertaruh terus tentang waktu

:kau selalu hadir disitu!

Monday, November 14, 2011

DI SEBUAH BERANDA SENJA

Rinai itu berdesik perlahan
Meski diatas langit bergulung
Bersama angin melantunkan nyanyian guruh dan petir
Lalu beribu titik berdentang jatuh
Kekalkan cakap pada kenangan
Menautkan dirimu padanya
Ah, biar kucincang fantasi itu
Dan aku menanti
Diamdiam disini

2011/11/14

Friday, November 11, 2011

Tepi Arcadia

Semua yang indah darimu
Menjejak lagi, mungkin mencari mesin waktu
Indah mematri mimpi; aku menyulam masa depan
(Yang diamdiam kurajut dalam lipatan rembulan)

Engkau bawakan sejumput rindu
Mengalir tenang meski bak dejavu

(Jejak yang tanpa jejak, seperti mimpi yang tak kumimpi)

Aku berkaca diriku dalam dirimu
Gerimis malam jatuh, kau genggam jemariku
Ada asa disitu; menguap atau terendap

Bilur sesal tak mampu hapus rindumu pada masa lalu, kekasih
Jadi larungkan saja semuanya, biar kita masih menatap
Kini yang nanti ungkapkan kisahkisah
Walau masih lindap

Jika begitu, biar kuajak engkau ke Arcadia...
Disana, indah tak lagi nisbi
Meniup kita ke Romansa
Dan musim semi yang tak pernah pergi

:serumpun mawar, kelopak dafodil yang menguning,  mahkota geranium berganti warna, ;merah, jingga, putih, violet
:aroma jasmin yang  meruap
Indah itu abadi

Dan kita menyebrangi pelangi....


Jkt, 11.11.11





Thursday, November 03, 2011

Rinai November Suatu Sore

Mari bertanya pada gerimis
Atau angin yang perlahan berembus di pelipis
Pada senja yang membentang pelangi
Biaskan warna warna mimpi
Seolah ajakan melukis langit

atau semesta dan segenap kosmik
berkonspirasi memajangmajang mozaik
hingga singkirkan kutub beku
hingga luluh meremas waktu

Dan akupun lelah dengan semua tanda
:"Apakah kita ditakdirkan bersama?"


Jkt,  03/11/2011