Total Pageviews

Tuesday, November 30, 2010

Sistem Pertemanan dan Pemakaian Bahasa: Sebuah Analisis Jejaring Sosial Profil Anggota Kompasiana

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Menjadi anggota dalam pertemanan jejaring social di banyak situs Web 2,0 seperti saat ini merupakan tren utama dalam dunia maya. Hal ini adalah jalan pintas untuk menemukan sumber daya yang relevan dengan mereka yang mempunyai kepentingan bersama atau hanya sekedar berbagi kesamaan minat dan hobi belaka. Dalam situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook sekalipun, tampaknya tujuan untuk bersosialisasi terhadap sesama teman berarti terlibat dalam komunikasi untuk berbagai kepentingan baik secara pribadi maupun kelompok (Boyd, 2006; Pew Research Center for the People & The Press, 2007).
Jejaring sosial tidak hanya bentuk baru yang menarik dalam komunikasi online tapi juga salah satu hal yang penting dalam ranah sosiolinguistik. Jejaring social (social network) tidak dipungkiri telah menjadi bagian penelitian dalam masyarakat bahasa (speech community) . Dilain pihak, konsep jejaring social banyak dikaji oleh para linguis. Sementara itu, persahabatan offline telah dipelajari secara ekstensif, jejaring sosial persahabatan, yang relatif menjadi fenomena baru, kurang dipahami. Lebih jauh, jejaring social malahan mempunyai peran besar dalam membentuk dan menentukan karakter penggunaan bahasa seperti dalam Kompasiana. Makalah ini menyajikan eksplorasi dari pertemanan dalam jejaring sosial untuk memfokuskan secara sempit informasi dan analisis mengenai jejaring social dan system pertemanan dalam blog Kompasiana. Makalah ini juga berusaha mengungkap penggunaan atau pemakaian bahasa oleh anggota Kompasiana. Hal ini memungkinkan data teks yang menjadi dasar dan juga mementingkan aspek sosial jaringan pertemanan dan pemakaian bahasanya dengan menggunakan data secara kualitatif, dalam hal ini teks tulis yang diproduksi oleh para anggota Kompasiana. Kompasiana digunakan untuk analisis karena disaat menulis (Juni hingga Juli 2010), blog inilah yang paling populer di Indonesia dalam konteks jejaring sosial situs Web.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukan di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk pertemanan dalam situs pertemanan Kompasiana?
2. Bagaimanakah bentuk pemakaian bahasa anggota blog Kompasiana berdasarkan usia dan jenis kelamin/gender?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa yang menjadi faktor yang diasosiasikan dengan lingkaran/sistem persahabatan yang juga signifikan karena hipotesis perbedaan antara persahabatan secara offline dan persahabatan secara online sangat mempengaruhi konsep persahabatan dalam situs jejaring social yang justru mempengaruhi produksi bahasa anggotanya. Akhirnya, penelitian ini juga mengidentifikasi dan mengeksplorasi bentuk-pentuk pemakaian dan penggunaan bahasa anggota Kompasiana.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran mata kuliah “sosiolinguistik” atau mata kuliah-mata kuliah lainnya yang berhubungan dengan keterampilan menulis dan fenomena perkembangan teknologi informasi, khususnya dalam menerapkan pembelajaran menulis kreatif.


2. Acuan Teori

2.1. Masyarakat Bahasa
Definisi masyarakat bahasa yang dimaksud di sini tidak hanya berdasarkan pada perkembangan bahasa, tetapi berdasarkan pada sejarah, budaya, dan politik. Pada tahap abstraksi yang cukup tinggi ditempatkan ciri-ciri kelompok yang memiliki kesamaan agama, usia, kelompok etnis, dan di bidang linguistik terutama kesamaan bahasa atau variasi bahasa. Pada tahap abstraksi yang lebih rendah realitas bahasa tercermin melalui kelompok-kelompok yang bersemuka. Definisi masyarakat bahasa yang berdasarkan kesamaan bahasa akan menjadi bermasalah jika kita akan menjelaskan apa arti “menggunakan bahasa yang sama” dalam situasi nyata di suatu lingkungan bahasa.
Sebagai satuan dasar definisi dan pemahaman tentang masyarakat bahasa dapat berpegang pada bahasa-bahasa, kelompok sosial, jejaring sosial, hierarki dan ndividu-individu yang sekaligus merupakan gambaran secara hierarkis tahapan-tahapan abstraksi.
Bloomfield yang berdasarkan sistem bahasa yang monolitik berpendapat bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan sistem tanda bahasa yang sama (Bloomfied, 1933 dalam Wardaugh, 2006). Konsep linguistik yang hampir sama, yang dipengaruhi kuat oleh pendapat bahasa yang homogen adalah konsep Lyons tentang satuan dasar masyarakat bahasa (Lyon(1970) dalam Wardaugh, 2006), menurut Lyons masyarakat bahasa adalah semua orang yang menggunakan suatu bahasa tertentu (dialek), sementara Labov (Labov,1972 dalam Wardaugh, 2006) berpendapat bahwa komunitas bahasa tidak ditentukan oleh kesepakatan tertentu yang membentuk satuan dasar analisis bahasa. Konsep Bloomfield, Lyons, maupun Labov yang menganggap satuan social dan budaya tidak penting dan tidak memenuhi syarat untuk penelitian empiris deskriptif-sosiolinguistik. Namun, seperti yang telah dikatakan, konsep-konsep dan definisi-definisi tergantung pada minat penelitian para linguis.
Dalam pengertian sosiolinguistik, definisi-definisi bahasa hampir tidak menyatakan sesuatu tentang keadaan social dan budaya. Labov dan juga Lyons menyamaratakan konsep masyarakat bahasa dengan bahasa, meskipun Gumperz memasukkan kepatutan social dalam penjelasannya tentang jejaring sosial.
Abstraksi struktur yang menuntut homogenitas bahasa mungkin tepat, jika seorang linguis bermaksud menggambarkan tipologi bahasa, keuniversalan bahasa, sejarah suatu bahasa, atau rekonstruksi secara historis. Tetapi jika seorang linguis akan meneliti bahasa dalam situasi sosial, ia memerlukan alat-alat yang tepat untuk menganalisis dampak situasi social atau psikologis terhadap penggunaan bahasa. Karena manusia didefinisikan sebagai makhluk social oleh sekelilingnya, sehingga harus ada hubungan yang regular antara sehingga harus ada hubungan yang regular antara penggunaan bahasa dan truktur sosial (Gumperz, 1982). Namun demikian, seperti yang diteliti Gumperz (1971:101 dalam Wardaugh, 2006) dan dinyatakan olehnya bahwa untuk memahami penggunaan bahasa tidak diperlukan konsep homogen suatu bahasa: “There are no apriori grounds which force us to define speech communities so that all members speak the same language”.
Istilah masyarakat bahasa pada masa dialek Eropa klasik mengacu pada suatu konsep yang idealistis, tidak hanya bermakna kesatuan bahasa, tetapi lebih berarti kesatuan sosial-geografis. Landasan dasar yang idealistis terdiri dari kelompok social dan masyarakat bahasa yang homogen (Halliday, 1973:189): suatu masyarakat bahasa adalah suatu kelompok manusia (sosialgeografis), yang anggota-anggotanya (1) saling berkomunikasi, (2) secara teratur berkomunikasi, dan (3) mereka bertutur sama.
Berdasarkan anggapan bahwa terdapat hubungan korelasi antara perilaku berbahasa dengan syarat-syarat kehidupan bermasyarakat yang objektif, Matthier (1980:1819) mendefinisikan kelompok sosial sebagai pendukung perilaku berbahasa sebagai berikut. ……
“kelompok social yang terdiri dari individu-individu dengan syarat-syarat kehidupan bermasyarakat yang objektif secara potensial membentuk masyarakat komunikasi, prasyarat kehidupan bermasyarakat yang objektif dan keadaan-keadaan lain yang objektif diinterpretasikan dengan cara yang sama. Kelompok individu ini dianggap membentuk sistem perilaku social dan bahasa yang hampir sama”.
Berdasarkan hal ini Mattheier mengembangkan definisi paguyuban bahasa yang bersifat dialek-sosiologis, yang harus dilihat dalam kaitannya dengan kelompok yang bersangkutan dan tergantung dari minat peneliti dapat dianalisis tahap-tahap tiap sistem atau bagian-bagian sistem yang berbeda.
Sehingga, masyarakat bahasa, untuk sementara dapat berarti kelompok penutur yang berdasarkan pandangan hidup mereka membentuk kelompok berdasarkan bahasa yang sama. Titik tolak definisi Mattheire kelompok social dan bahasa. Namun, dalam definisi ini objektivitas bahasa yang sama bersifat relatif. Sehubungan dengan tahap abstraksi, tahap makro telah ditinggalkan dan sampai kepada komunikasi bersemuka yang nyata seperti jejaring social Kompasiana ini.
2.3. Masyarakat Bahasa Berdasarkan Jejaring Sosial
Jejaring Sosial sebagai substratum paguyuban bahasa sebagai titik tolak analisis bahasa dalam sosiolinguistik dikenalkan untuk menganalisis komunikasi sehari-hari dan konvensi interaksi. Dalam hal ini jaringan hubungan seorang individu termasuk di dalamnya dan kesatuan kelompok sosialnya merupakan phenomena dalam berbagai tataran abstraksi.
Gumperz memperhitungkan hal ini dan memasukkan dalam konsep mikronya, paguyuban bahasa (pada tataran abstraksi yang terendah), dan konsep jejaring sosial. Dengan bantuan konsep ini sebagai soerang linguis, ia akan meneliti perilaku bahasa dalam suatu paguyuban dengan memperhatikan interpretasi norma dan nilai yang sesuai dengan kenyataan.
Paguyuban bahasa terdiri atas sederet satuan dasar, jaringan-jaringan yang dapat diikuti oleh seorang anggota paguyuban dalam berbagai tingkat dan lebih dari satu peran. Salah satu penyebab utama dikenalkannya konsep jejaring social dalam kerangka studi paguyuban bahasa karena konsep makro yang tradisional untuk menganalisis paguyuban yang berubah dengan lambat dan agak statis (suku-suku bangsa, paguyuban-paguyuban pedesaan) tidak tepat untuk menganalisis agregat kota yang berubah dengan cepat. Konsep jejaring social mencoba mencakup variabel manusia sebagai makhluk social yang dipengaruhi oleh orang lain dan memengaruhi orang lain.
Jika Gumperz membedakan biner antara jejaring social tertutup dengan terbuka, Milroy (1980) mengembangkan perbedaan biner terbuka, tertutup dalam suatu kesinambungan, mulai lebih terbuka atau agak terbuka dipertentangkan dengan lebih tertutup atau agak tertutup dengan menggunakan parameter rapatnya, kelompok dan keanekaragaman. Suatu paguyuban lebih rapat, jika antar anggotanya lebih terikat. Rapatnya jejaring social berfungsi sebagai mekanisme pelestarian norma, kelompok merupakan segmen jaringan dengan kerapatan yang tinggi. Hubungan social dalam kelompok lebih rapat daripada di luar kelompok. Keanekaragaman sebagai ukuran kekhasan interaksi suatu jaringan: apakah ikatan antaranggota hanya berdasarkan satu fungsi (uniplex) atau berdasarkan fungsi ganda (multiplex).
Penting untuk membatasi jaringan selain bentuk interaksi, bentuk kunjungan, hubungan kekerabatan, hal-hal yang oleh Gumperz disebut self recruitment paguyuban (1971:297). Dengan demikian, kelompok jejaring tertutup (atau yang oleh Saviler-Troike (1989:20) disebut hand shelled communities) cenderung seragam dalam penggunaan bahasa, a.l. karena wilayah yang ketat daripada jaringan terbuka (soft shelled communities) yang ikatan antaranggotanya lebih longgar dan batas wilayah tidak ketat. Manfaat alat analisis jaringan terutama karena kemungkinan yang dimilikinya untuk menggabungkan varietas dalam struktur sosial dengan varietas dalam penggunaan bahasa, artinya varietas yang disebabkan oleh lingkungan dan tahap abstraksi yang rendah dihubungkan dengan varietas bahasa.
Sehingga, kelompok jejaring, baik terbuka maupun tertutup dapat mengukuhkan ikatan dalam masyarakat bahasa, baik itu pertemanan biasa maupun hingga ke tahap persahabatan. Fenomena yang sama dapat dilihat dalam dunia maya dimana persahabatan menjadi tujuan utama terbentuknya komunitas-komunitas dalam situs pertemanan seperti Facebook, Twitter, MySpace dan dalam konteks regional Indonesia, blog Kompasiana ini.
2.4. Web Blog
Sebuah blog (atau weblog) adalah ruang berbasis web untuk menulis di mana semua kegiatan menulis dan mengedit informasi dikelola melalui browser web. Weblog ini langsung dan tersedia untuk umum di Internet (Armstrong et. al.: 2004). Hal ini digunakan oleh seseorang untuk menulis sesuatu yang dia ingin informasikan dan dapat dikelola sendiri dan akan tersedia secara otomatis di internet sehingga semua orang yang menggunakannya dapat melihat apa yang telah dituliskan.
Blog adalah jurnal pribadi yang ditulis sebagai rantai kronologis terbalik berupa teks, gambar atau multimedia, yang dapat dilihat di halaman web dan publik dapat mengaksesnya dengan mudah di web (Huffaker, D., 2004).
Brownstein dan Klein (2006, seperti dikutip dalam Davi dkk 2007) menjelaskan beberapa modalitas penggunaan blogging dalam pendidikan: belajar, constructing, berargumen, berkomentar, membuat kronologi, belajar ekstensif, mencari sumber data, dan menulis. Krause (2005 di Davi et. Al 2007) berpendapat bahwa siswa harus mengunjungi website program ini setidaknya untuk melakukan tugas-tugas lain seperti melihat nilai, memeriksa tugas atau sekedar membaca. Blog, kemudian, memungkinkan siswa secara online mencari bahan-bahan ajar dan materi, dan ia menemukan bahwa siswa merasakan blog "lebih mengundang dan menjadi ruang interaktif bagi para siswa untuk menulis lebih dalam". Oleh karena itu, banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa mempromosikan blog pada siswa, adalah salah satu cara mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).
2.5. Persahabatan Online
Pertemanan situs jejaring sosial menggunakan server Web yang memungkinkan pengguna Internet untuk mendaftar, membuat profil pribadi, dan kemudian menggunakan profil ini untuk berkomunikasi dengan orang lain yang dipilih. Seorang anggota situs jejaring sosial akan dapat menambahkan gambar dan biografi informasi ke halaman muka profil mereka. Mereka juga akan dapat menemukan dan terhubung dengan anggota lainnya dengan menyetujui untuk menjadi teman. Beberapa atau semua dari masing-masing teman akan terdaftar pada halaman profil mereka, bersama dengan, jika ada, foto mereka. Teman memiliki hak khusus, seperti kemampuan untuk menyampaikan pesan satu sama lain dan menulis komentar pada masing-masing halaman profil lain. Sebagian besar situs jejaring sosial umumnya juga menawarkan fasilitas lain, seperti blog, album foto online, dan video hosting. Sebaliknya, beberapa situs jejaring sosial berorientasi pada layanan yang lebih khusus, seperti membaca berita (Digg), berbagi foto (Flickr), dan bookmark (del.icio.us) dan yang terkait dengan "collaborative filtering" (Konstan et al., 1997) serta bantuan untuk informasi pengambilan (Golder & Huberman, 2006). Sebagai contoh, di Flickr, gambar atau foto teman (teman disebut "kontak" di Flickr) dapat lebih relevan karena mereka termasuk berbagi kenalan, hobi bersama (misalnya, memelihara burung, ikan dll), atau memiliki selera artistik yang sama.
Dalam hal ini, istilah Friending atau Pertemanan digunakan untuk konotasi sosial koneksi jaringan persahabatan. Yang pertama adalah sosial net-tempat bekerja, dalam hal ini Friendster (yang dimulai pada tahun 2003), memperkenalkan kemampuan anggota untuk mendaftar satu sama lain sebagai "teman." Walaupun fungsi ini mungkin awalnya ditujukan untuk mencerminkan persahabatan dunia nyata, namun dalam prakteknya penggunannya sangat berbeda (Donath & Boyd, 2004). Secara keseluruhan, individu pengguna dan kelompok pengguna mungkin menegosiasikan makna teman dalam situs jaringan sosial, dan "kenalan" mungkin merupakan gambaran umum yang lebih akurat.. Meskipun konsep Friending dalam jaringan sosial ternyata sebagai perekat yang membuat mereka tetap bersama-sama, namun sebuah pertemanan dapat menjadi kompleks dan dapat menyebabkan konflik. Misalnya, memutuskan yang dapat menjadi teman adalah salah satu diantaranya mempunyai pengalaman traumatis dalam pertemanan dan "Defriending/Remove" seseorang dengan menghapus mereka dari daftar teman dapat dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan (Boyd, 2006).
LiveJournal adalah contoh dari situs jejaring sosial yang tidak biasa, karena berorientasi terhadap jurnal-seperti blog . Seorang pengguna LiveJournal adalah mungkin orang-orang dengan jurnal yang dianggap layak dibaca (Fono & Raynes- Goldie, 2005). Hal ini sebagian merupakan konsekuensi dari LiveSpace
Friending yang tidak perlu harus timbal balik, seperti Flickr. Tidak seperti sebagian besar situs jejaring social lainnya (misalnya, MySpace, Facebook, Live Space atau Twitter). Namun, pengguna LiveJournal telah dan kadang-kadang menggunakan kemampuan untuk menciptakan fasilitas semi privat yang hanya tersedia untuk pengguna lain yang ditunjuk sebagai teman. Dalam pengertian ini, persahabatan kadang-kadang secara intrinsik terkait untuk percaya (Fono & Raynes-Goldie, 2005). Fono dan Raynes- Goldie (2005) juga menyebutkan beberapa konotasi lain persahabatan. Diantaranya adalah:
• Courtesy: Kadang-kadang teman dapat ditambahkan (atau persahabatan membalas di LiveJournal atau Flickr) dari rasa kesopanan untuk menghindari memberikan pelanggaran.
• Deklarasi: menunjuk seseorang sebagai teman mungkin sebagian pernyataan publik persahabatan.
• Tidak ada: Beberapa pengguna mungkin akan melihat persahabatan sebagai tidak menandakan apa-apa.
• Fasilitas Offline: Persahabatan mungkin nyaman untuk berkomunikasi untuk mengkoordinasikan kegiatan.
• Online Community: Persahabatan yang murni dalam bentuk online.
Seperti Friendster, Twitter dan Facebook, semua situs pertemanan telah membuat usaha yang disengaja untuk mempererat hubungan antarteman (Boyd, 2006). Persahabatan jejaring sosial telah mungkin dieksplorasi secara sistematis, setidaknya dari perspektif kuantitatif, dalam hal ini Facebook. Facebook adalah jaringan umum situs jejaring sosial yang mendukung komunikasi berbasis teks antara teman-teman serta berbagi gambar. Meskipun tidak adanya batasan geografis dalam internet, paling tidak Facebook memungkinkan terjadinya komunikasi antara mahasiswa dalam kuliah yang sama (Golder, Wilkinson, & Huberman, 2007), dan peran ini sering dianggap sebagai perekat persahabatan yang awalnya bermula secara offline (Ellison, Steinfield, & Lampe, 2006). Secara temporal, siswa tampaknya cocok menggunakan Facebook ke dalam pola kerja mereka, menempatkan pertemanan maya mereka dalam konteks sekolah. Hal ini mungkin karena adanya kenyamanan dalam melakukan kegiatan yang cenderung memerlukan komputer yang tersambung ke Internet (Golder et al., 2007).
Beberapa penelitian komersial ke jaringan sosial umum mendukung gagasan jaringan sosial tidak menjadi kegiatan yang terpisah untuk batas tertentu dengan menunjukkan bahwa banyak pengguna dalam menjaga profil
beberapa situs dan beralih dari satu ke situs yang lain untuk memeriksa setiap satu profil secara berurutan (Prescott, 2007).
2.6. Analisis Isi/Analisis Konten
Analisis Isi atau Analisis Konten (Content Analysis) merupakan salah satu bentuk analisis yang banyak dipakai dalam ilmu social. Analisis isi/Analisis Konten (selanjutnya disebut Analisis Konten) merupakan metodologi dalam ilmu-ilmu sosial untuk mempelajari isi dari komunikasi. Earl Babbie mendefinisikan sebagai "studi tentang komunikasi manusia yang tercatat, seperti buku, website/situs, lukisan dan hukum." Ananalisis ini paling sering digunakan oleh para peneliti dalam ilmu sosial untuk menganalisis transkrip rekaman wawancara dengan peserta. Analisis konten juga dianggap sebagai metodologi ilmiah dalam ilmu humaniora dengan mempelajari teks penulis, keasliannya, atau maknanya. Cabang ilmu yang banyak memakai analisis ini termasuk filologi, hermeneutika, dan semiotika.
Harold Lasswell merumuskan pertanyaan-pertanyaan inti dari analisis konten: "Siapa bilang apa, kepada siapa, mengapa, sampai sejauh mana dan bagaimana efeknya?." Ole Holsti (1969 dalam www.wikipedia.org) menawarkan definisi yang luas dari analisis isi sebagai "setiap teknik untuk membuat kesimpulan secara obyektif dan sistematis dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu dari suatu pesan." Kimberly A. Neuendorf (2002, hal 10) menawarkan definisi enam-bagian dari analisis isi:
"Analisis isi adalah sebuah analisis, kuantitatif meringkas pesan yang bersandar pada metode ilmiah (termasuk perhatian terhadap objektivitas, intersubjektivitas, desain apriori, reliabilitas, validitas, generalisasi, replicability, dan pengujian hipotesis) dan tidak terbatas untuk jenis variabel yang dapat diukur atau konteks di mana pesan yang dibuat atau disajikan." (http://en.wikipedia.org/wiki/Content_analysis)
3. Metodologi Penelitian
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kajian kepustakaan, yang mencoba mendeskripsikan bentuk pertemanan dalam situs pertemanan Kompasiana, dan bentuk pemakaian bahasa anggota blog Kompasiana berdasarkan usia dan jenis kelamin/gender dalam teks tulis blog Kompasiana.

3.2. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah teks tulis dalam blog dan data statistik sebagai data pendukung yang diunduh dari beberapa situs analisis trafik pengguna website tentang Kompasiana. Selain itu, lima profil anggota Kompasiana, yang disebut sebagai Kompasianer, dipilih secara purposive acak dan selanjutnya disebut Kompasianer dijadikan sebagai data.

3.3. Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis konten dalam melihat bentuk-bentuk pertemanan dan pemakaian bahasa anggota Kompasiana. Profil anggota Kompasiana juga dianalisis untuk melihat bagaimana penggunaan bahasa para anggotanya dalam menulis di blog ini. Dalam hal ini, profil anggota yang dipilih berjumlah lima dan kelimanya dianalisis berdasarkan kontennya. Konten bermakna produksi tulisan yang dihasilkan masing-masing anggota dengan melihat hubungannya dengan anggota lain.