Total Pageviews

Sunday, October 30, 2011

Cerita Pencakar Langit Jakarta

Sekian banyak yang terjadi
Ada hirau, ada abai
Bukankah hidup seperti diacak?
Setiap kita tak berhak berkehendak
Dan kita hanya sepenggal menikmati madunya
Ataukah racunnya?
(Ini cerita pencakar langit Jakarta)

Seperti gegap dengan gedunggedung
Sesak bersama panas menjulang
selaksa berlomba menggapai langit
yang kian berlari sengit
dan bising jalan riuhi gendang telinga
menutup nurani yang tak lagi peka
Aromanya menikam ulu hati
para penadah nasib yang setia menanti
Siang merambat perlahan menggapai
anak-anak awan menyambut senja
menelikung angin siap tebarkan rintik nada

disebaliknya,
anak-anak negeri ini berpapar
:"kami jungkir balik, demi sesuap nasi, walau badan ini tlah terbakar"

tangantangan membuka jelas
wajahwajah penuh peluh memelas
upaya samakan kelas
kasta sosial atas
yang berhak membahas
meski kita sering tak ikhlas

sementara di ruang suite gedung ini
para korporasi minta kolaborasi
dengan antekantek penggadai ini negeri
rampok seluruh isi pertiwi
bahkan amuk di ujung timur negeri
masih berseteru dan terabai
mereka berkata,
"kamilah sungguh pahlawan,
yang berhak warisi negeri ini,
harap jauhi kami,
biar sejalan dan kompak dan niscaya kerja kami,
agar citra tak terganti
oleh mereka yang bermimpi
menjadi pemimpin negeri!"


Jkt, 30.10.2011


Wednesday, October 12, 2011

Ketika Perempuan

Ceritakan padaku, wahai gemintang
tentang seorang perempuan
yang berjuang
melawan malam
terseokseok mengejar segenggam
koin dan kembalian
demi anakanak lahir dari rahim
yang boleh suci, boleh jahanam
yang tak acuh terhadap siang
mengumpul angan dan harapan
menumpu kehendak atas kehendak
menyapu malu atas rajam
entah mimpi atau lamunan
entah sempat ceracaukan gumam

"kugadai dimana harga ini raga?"

Ceritakan padaku, wahai serangga malam
tentang perempuanperempuan malam
yang tanpa tau nasibnya entah malang
berlari mencari memegang
cercah nisbi segenggam berlian
tanpa henti mengais buram
masa depan yang hilang
atau mengeja langit legam
tanpa tau burungburung yang pulang
adalah keniscayaan
sedang anganangan pun tlah terbang

terangkan padaku, wahai rembulan
tidakkah mereka berkaca malam
yang walau hitam tetap pendarkan nilam?
yang pasti ada kilau setelah kelam?
bahwa hidup adalah ujian
atas sebuah kemerdekaan
ada bentangan:
ada nasib yang curam
ada si untung dan si buntung
namun hidup adalah pilihan

:membelenggu atau dibelenggu